Selasa, 01/03/2011 14:31 WIB
Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Mengintip Anak-anak Rimba Belajar
Jambi - Jangankan ruangan kelas permanen, kursi dan meja pun tidak tersedia. Hanya ada papan tulis sederhana yang tersangkut di sejumlah pohon. Di alam terbuka itulah, anak-anak suku Orang Rimba di Jambi berjuang untuk mengenal tulis dan baca.
Di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) di sanalah salah satu komunitas masyarakat Orang Rimba berada. Anak-anak mereka sebenarnya juga ingin mengenyam pendidikan sebagaimana anak-anak pada umumnya. Namun sayang, di kawasan taman nasional ini tidak tersedia sekolah sebagaimana lazimnya.
Jangankan sekolah yang permanen, pemerintah sendiri sampai sekarang tidak bisa menempatkan guru walau hanya sekedar untuk memperkenalkan tulis dan baca. Tidak ada satu pun guru berstatus PNS, yang mau bertugas jauh di tengah kawasan hutan itu. Guru-guru PNS itu, agaknya enggan berbagi ilmu untuk anak-anak rimba yang jauh dari berbagai akses itu.
Di sana hanya ada Karlina (27) alumnus Antroplog Universitas Gajah Mada (UGM) sebagai tenaga pengajar dari LSM lingkungan Warsi untuk anak-anak suku pedalaman itu. Menurut Karlina kepada detikcom, Selasa (1/3/2011), di kawasan itu ada sekitar 30 anak Orang Rimba yang sangat tekun untuk menuntut ilmu di sekolah non formal.
Mereka belajar seadanya di alam terbuka. Tanpa memakai seragam sekolah, mereka tetap bersemangat belajar membaca dan menulis. Malah sebagian di antara anak-anak ini masih banyak yang bertelanjang.
"Kebetulan anak-anak rimba sangat cepat menangkap, dan mereka sangat antusias setiap kali belajar," ujar Karlina.
Komunitas Orang Rimba menyebar di kawasan taman nasional, dengan jarak dari satu lokasi ke kelompok lainnya saling berjauhan. Malah ada yang ditempuh dengan perjalanan kaki minimal 7 jam dari posko Warsi yang berada di kawasan penyanggah taman nasional itu. Di sanalah, Karlin harus membagi waktu untuk bergantian memberikan pelajaran tulis baca bagi anak-anak Rimba.
Untuk satu kelompok belajar, minimal ada 6 anak rimba. Mereka terdiri dari berbagai usia. Tidak ada pembatasan sebagaimana lazimnya. Yang penting mereka mau berjibaku untuk mengenal menulis dan membaca.
"Sistem belajar kita sangat sederhana sekali. Kadang kala lagi latihan menulis bukunya habis, kita menggunakan kertas rokok yang terbuang di tengah hutan. Tapi anak-anak itu tetap antusias untuk menimba ilmu," kata Karlina.
Sistem belajarnya juga sangat berbeda dengan sekolah formal. Karlina guru anak orang rimba ini, tidak pernah memaksakan seharian untuk memperkenalkan tulis dan baca. Karlina selalu membawa anak-anak ini untuk bermain di alam terbuka. Pelan-pelan sambil bermain, ilmu tulis dan baca disampaikan secara perlahan.
"Bagi-anak-anak yang sudah pandai menulis, membaca ditambah ilmu pengetahuan sedikit, maka kita akan melakukan advokasi kepada pemerintah agar mereka diberikan kesempatan mengikuti Ujian Nasional," kata Karlina.
(cha/fay)
Aku :
Aku mau banget jadi guru yang ngajar di pedalaman................. hehehe
Senin, 28 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar